"
Puji dan syukur bagi-Mu Sang Pemberi Tanah Papua"
Tanah
Papua adalah Tanah yang subur dan kaya yang selalu mengalirkan sumber kehidupan
bagi Anak Negeri di tujuh wilayah adat, Tanah Papua adalah Mama bagi seluruh
Anak Negeri di tujuh wilayah adat. Tanah Papua adalah taman kehidupan, Tanah
Papua adalah rumah kehidupan, Tanah Papua adalah alam kehidupan dan Tanah Papua
adalah Bidadari yang selalu membawa banyak pijakan ekologis bagi Anak Negeri
Tanah Papua di tujuh wilayah adat.
Tanah
Papua selalu bersama Anak Negeri, Tanah Papua selalu menyiapkan rotan dan kayu
untuk memagari dan untuk melilit setiap Anak Negeri diatas Tanah Papua dengan pagar-pagar
yang kuat di tujuh suku wilayah adat. Tanah Papua telah membawa datang sumber-sumber
kehidupan dan telah hadir untuk melengkapi
kehidupan ditengah Anak Negeri disebelah timur, barat, utara dan selatan Tanah
Papua, sambil melimpahkan beraneka, tanaman, pohon, burung dan kuskus dan mengalirkan
aneka jenis makan yang daunnya hijau, ubi, talas, tebu, pisang, sagu,
buah-buahan yang segar sehingga Anak Negeri di tujuh wilayah adat itupun selalu
terkagun-kagum dan gembira untuk mengkonsumsi secukupnya serta melihat dan
menatapnya maka tugas dan tanggungjawab kita sebagai Anak Negeri di Tanah Papua
adalah jaga, jaga dan jaga alam Papua dari Merauke hingga Sorong di tujuh
wilayah adat.
Kemudian tanpa segaja maupun tak sengaja
apabila Anak Negeri memandang segala jenis tumbuhan unik di Tanah Papua, disana
tumbuhan unik itupun selalu melambai-lambaikan daun yang hijau dalam menyambut
dan memberikan kehidupan yang segar kepada kami setiap insan Anak Negeri di
tujuh wilaya adat, lagipula pohon-pohon tertentupun telah Tanah Papua tanami diatas
Tanah untuk memberi warna-warni dalam kehidupan setiap insan Anak Negeri di Tanah
Papua.
Di
petak yang lain Tanah Papua kagetkan Anak Negeri di tujuh wilayah adat oleh
suara aneka burung seperti burung Nuri, Cendrawasi, Kasuari, Mambruk dll.
Lagipula
di petak lain salju dari setiap puncak, gunung-gemunung Tanah Papua selalu
turun bersahabat bersama awan dan angin sepoi-sepoi memberi nafas kehidupan dan
mengingatkan bahwa Tanah Papua itu selalu berdiri kokoh bersama setiap Anak
Negeri di tujuh wilayah adat disetiap saat untuk memberi semangat perjuangan
sambil meneteskan saljunya di setiap dada Anak Negeri dalam memberi kekuatan
dalam proses perjuangan itu sendiri sebab itu pekerjaan istimewa setiap Anak
Negeri di tujuh wilayah adat yang ada di Tanah Papua adalah Jaga Alam Papua,
jangan kawinkan Alam Papua dengan orang-orang di seberang lautan yang lebih
jauh dan terpisah dari Tanah Papua tetapi kawinkan Tanah Papua dengan Anak
Negeri di tujuh wilayah adat itu sendiri, maka disisi lain iapun akan melahirkan lebih
banyak dari yang sekarang kepada setiap Anak Negeri di tujuh wilayah adat itu
sendiri sebab Tanah Papua adalah Tanah
leluhurnya (Orang Asli Papua), maka itu jangan jual Tanah Papua kepada para kapitalisme, imperialisme, militerisme dan Pendatang.
Kita
menjual Tanah Papua sama artinya dengan kita menjual Anak cucu kita sendiri. Karena
apabila kita menjual Tanah Papua saat ini kepada orang-orang transmigran,
kapitalisme dan imperialisme maka generasi penerus dari tujuh wilayah adat di
Tanah Papua hidupnya akan terdampar, terhancam hancur dan genoside diatas tanah
leluhurnya (Tanah Papua) sama seperti kondisi sekarang yang sedang dialami oleh
suku Aborigin (orang kulit hitam) di Australia yang mana sekarang sudah mau hampir punah/genoside dari tanah
leluhurnya karena dulunya merekapun menyerahkan tanah mereka kepada (orang kulit
putih) maupun kepada para kapitalisme, imperialisme dan kepada orang-orang
transmigran dari negara lain ke Australia sehingga dampaknya mereka sendiri
menderita, hidupnya hancur dan terdampar sedikit lagi punah/genoside diatas
Tanah leluhur orang kulit hitam di Australia karena orang-orang yang datang masuk ke Australia mereka membawa datang berbagai jenis penyakit yang cepat menyular oleh sebab itu Tanah/lahan yang masih kosong di tujuh wilayah adat di
Tanah Papua kita Orang Asli Papua jangan jual dan serahkn kepada para kapitalisme,
imperialisme dan orang-orang transmigran tetapi kita harus bersahabat dengan
tujuh wilayah adat itu demi keselamatan anak cucu kita di Tanah Papua agar masa mendatang anak cucu kita juga bisa
merasakan kehidupan dari Alam langsung seperti kehidupan dulu saat tete nene
moyang dan para leluhur Tanah Papua yang kehidupannya sangat beradap dengan
lingkungan sekitarnya di tujuh wilayah adat di Tanah Papua. Sebelum orang-orang
kulit putih atau para perampas, pencuri sumber kehidupan masuk ke Tanah Papua.
Tanah
Papua telah memberi Tanah yang sangat subur dan kaya, Ia memproduksi makanan
yang segar dan sehat dan Ia melimpahkan untuk dinikmati oleh seluruh Anak Negeri
Tanah Papua di tujuh wilayah adat termasuk keindahan alamnya sampai pada saat
ini. Semua Tanah Papua itu ditaburkan untuk dilindungi, dirawat dan tentu untuk
di konsumsi secukupnya oleh Anak Negeri di tujuh wilayah adat di Tanah Papua
itu sendiri sehingga tak perluh jual tanah kepada orang-orang pendatang,
imperialisme, kapitalisme dan para perampas kekayaan alam dan seisinyapun tidak
perluh di eksport dan di inport ke wilayah lain yang keluar dari Tanah Papua
cukup antar Anak Negeri dan masyarakat adat dalam Negerinya yaitu Tanah Papua.
Tanah
Papua saat ini apabila dipandang oleh Anak Negeri dari tujuh wilayah adat dari
sebelah timur, barat, utara dan selatan itu ia selalu memberikan senyuman yang
sangat menawan dan indah kepada setiap insan Anak Negeri sendiri maka itu kita
sebagai Anak Negeri Tanah Papua kita juga harus perluh memberikan dan membalas
senyuman Tanah Papua melalui pelestarian alam Papua.
Di
sisi lain saat ini Tanah Papua sedang menegur kepada setiap Anak Negeri melalui
hujan, kilat, guntur, gempah dan matahari untuk menggenggam, bersahabat dan
memeluk ia secara rapat oleh setiap Anak Negeri yang ada di tujuh wilayat adat sebab
dari kaum para perampas, para pendatang, para klonialisme dan imperialisme
terus mencoba cabik, rusak menjadi Tanah yang tak bernilai dan tak sempurna.
Sekarang
Tanah Papua dipadati orang-orang yang tak di kenal oleh Tanah Papua dan Orang
Asli Papua yaitu mereka yang dari negeri mata biru, negeri kaum ala, negeri
kapitalisme, negeri imperialime, negeri militerisme, negeri rambut lurus,
negeri muka dua , pendatang dan negeri para perampas dengan niat dan tujuan
utama mereka yaitu merampas, menindas, membunuh, meneror, menyiksa,
mengejar-ngejar, memperkosa, menjajah, memenderitahkan Tanah Papua dan Anak
Negeri pemilik Tanah Papua. Kita menjual dan memberikan tanah kepada mereka tetapi
di balik itu mereka membunuh, menindas, menjajah kita secara tersistematis dan
terstruktur seperti dulu Belanda pernah menjajah, merampas, menindas dan
menyiksa terhadap negara indonesia selama 350 tahun sekarang praktek-praktek
itu yang negara indonesia sedang menerapkan dan mempraktekkan terhadap Tanah Papua dan kita
Orang Asli Papua (OAP) jadi jangan jual tanah, jangan memberikan tanah yang ada
dari Sorong sampai Merauke yang terdiri dari tujuh wilayah adat itu kepada
orang-orang melayu, para pendatang, para klonialisme, para imperialisme karena
di balik itu mereka punya niat jahat kepada kita Orang Asli Papua dan kitong pu
Tanah Papua.
Tanah
Papua sendiri sedang mengamatinya mereka datang hanya untuk merampas pohon-pohon
yang daunnya hijau yang selalu membawa hawa di dalam kehidupan Anak Negeri di
tujuh wilayah adat saja mereka tumbang dan tebang dengan sistem sapu dan liar
untuk merusak Alam yang subur. Binatang-binatang kesayangan seperti kuskus
pohon, kuskus tanah juga mereka memburuh dengan sistem liar. Burung-burung yang
sangat dilarang untuk membunuh seperti burung nuri, cendrawasi, mambruk, dan
kasuari oleh Anak Negeri sendiri di habisi dan dikonsumsi dengan brutal tanpa
mengenal batas.
Di
setiap saat Tanah Papua menyaksikan mereka yang datang dari negeri mata biru,
negeri kaum ala, negeri kapitalisme, negeri imperialime, militerisme, negeri
rambut lurus, negeri muka dua dan negeri para perampas itu datang dengan sikap
yang buta, tuli dan tidak peduli dengan apa yang disampaikan oleh Anak Negeri
di tujuh wilayah adat di Tanah Papua ini karena mereka tak peduli sama kami
Orang Asli Papua tetapi mereka peduli itu Tanah Papua dan semua sumber daya
alam yang diciptakan oleh-Nya diatas Tanah leluhur kita ini maka jangan jual
Tanah Papua dan jangan kasih Tanah Papua kepada orang-orang negeri mata biru,
negeri kaum ala, negeri kapitalisme, negeri imperialime, negeri militerisme,
negeri rambut lurus, negeri muka dua dan negeri para perampas. Memelihara kehidupan serta kebebasan Anak cucu kita di masa mendatang dengan tidak menjual Tanah Papua pada saat ini.
Perintah
dan teguran serta tangisan dari Tanah Papua itu sendiri kepada kita setiap Anak
Negeri di tujuh wilayah adat ini sangat terdengar oleh sebab itu kita sebagai
Anak Negeri Tanah Papua maka kita dituntut lakukan sesuatu untuk Tanah Papua
sesuai kemampuan yang sudah anda dan saya miliki dalam itu tidak baku memaksa
tetapi membangun kesadaran diri kita sendiri yang mana kita sebagai pemilik
Tanah Papua untuk memiliki Tanah Papua yang sedang di rampas, di curi,
dicabik-cabik habisan oleh orang-orang negeri di seberang lautan dan
orang-orang tidak bertanggungjawab.
Tanah Papua adalah Mama yang selalu memberi
semangat kehidupan dan semangat perjuangan demi untuk memiliki seutuhnya
lagipula Tanah Papua milik Anak Negeri Papua dan Anak Negeri Papua milik Tanah
Papua tanpa tak mengenal batas sampai pada akhirat.
Sikap iklas apa adanya dan penuh cinta kasih terhadap Tanah ini, kobarkan sikap
perjuangan tegas menjadi diri sendiri yang iklas dan tak terdona dengan sistem
orang-orang seberang lautan, kapitalisme, imperialisme dan militerisme,
wartakan karya penyelamatan demi perjuangan untuk membela kebenaran dan keadilan
di tengah rakyat di tujuh wilayah adat dan atas seluruh ciptaan-Nya, Nyalakan
lilin dan pelita perjuangan kehidupan dari dalam Dimii (logika), Douu (melihat),
Gaii (berpikir), Ekowaii (Bekerja) atas Iboo Makii (Tanah yang luas), Iboo
Bagoo (puncak serta gunung-gunung yang luas), Iboo Buguwaa (Hutan yang luas), Iboo
Pekuu (Danau yang luas) Kouu Idima Poyamee Yaa Ugayawita (semuanya Sang Khalik
yang Ciptakan) untuk Orang Asli Papua (OAP).
“Pekerjaan
kita selama tujuh hari ini adalah Istimewa, tetapi yang paling Istimewa adalah menjaga dan
melestarikan rumah kehidupan, alam kehidupan dan taman kehidupan kita sebab
dari dalam rumah kehidupan, alam kehidupan dan taman kehidupan kita, kita akan
bangkit dan melangkah untuk memulai
pekerjaan selama tujuh hari yang kita akan lalui, maka itu bersahabatlah dengan
alam dan seisinya jagaa”.
Sang
Khalik Lindungi Pejuang Hidup di Tanah ini
Penulis: FX Amoye Douw
sangat realita,,,
BalasHapusbebas dari negara koloni ini adalah solusi yang terbaik
Ya itu solusi yang terbaik salam pemberontakkan.
Hapussangat benar mepa
BalasHapusHormat mepa.
Hapus