Kamis, 28 Juli 2016

Selamatkan Anak Cucu Bangsa Papua Dengan Tidak Menjual Tanah Di Tujuh Wilayah Adat Di Tanah Papua




Selamatkan Anak Cucu Bangsa Papua Dengan Tidak Menjual Tanah Di Tujuh Wilayah Adat Di Tanah Papua 

       " Puji dan syukur bagi-Mu Sang Pemberi Tanah Papua"

Tanah Papua adalah Tanah yang subur dan kaya yang selalu mengalirkan sumber kehidupan bagi Anak Negeri di tujuh wilayah adat, Tanah Papua adalah Mama bagi seluruh Anak Negeri di tujuh wilayah adat. Tanah Papua adalah taman kehidupan, Tanah Papua adalah rumah kehidupan, Tanah Papua adalah alam kehidupan dan Tanah Papua adalah Bidadari yang selalu membawa banyak pijakan ekologis bagi Anak Negeri Tanah Papua di tujuh wilayah adat.

Tanah Papua selalu bersama Anak Negeri, Tanah Papua selalu menyiapkan rotan dan kayu untuk memagari dan untuk melilit setiap Anak Negeri diatas Tanah Papua dengan pagar-pagar yang kuat di tujuh suku wilayah adat. Tanah Papua telah membawa datang sumber-sumber kehidupan  dan telah hadir untuk melengkapi kehidupan ditengah Anak Negeri disebelah timur, barat, utara dan selatan Tanah Papua, sambil melimpahkan beraneka, tanaman, pohon, burung dan kuskus dan mengalirkan aneka jenis makan yang daunnya hijau, ubi, talas, tebu, pisang, sagu, buah-buahan yang segar sehingga Anak Negeri di tujuh wilayah adat itupun selalu terkagun-kagum dan gembira untuk mengkonsumsi secukupnya serta melihat dan menatapnya maka tugas dan tanggungjawab kita sebagai Anak Negeri di Tanah Papua adalah jaga, jaga dan jaga alam Papua dari Merauke hingga Sorong di tujuh wilayah adat.

Kemudian tanpa segaja maupun tak sengaja apabila Anak Negeri memandang segala jenis tumbuhan unik di Tanah Papua, disana tumbuhan unik itupun selalu melambai-lambaikan daun yang hijau dalam menyambut dan memberikan kehidupan yang segar kepada kami setiap insan Anak Negeri di tujuh wilaya adat, lagipula pohon-pohon tertentupun telah Tanah Papua tanami diatas Tanah untuk memberi warna-warni dalam kehidupan setiap insan Anak Negeri di Tanah Papua.
 
Di petak yang lain Tanah Papua kagetkan Anak Negeri di tujuh wilayah adat oleh suara aneka burung seperti burung Nuri, Cendrawasi, Kasuari, Mambruk dll. 

Lagipula di petak lain salju dari setiap puncak, gunung-gemunung Tanah Papua selalu turun bersahabat bersama awan dan angin sepoi-sepoi memberi nafas kehidupan dan mengingatkan bahwa Tanah Papua itu selalu berdiri kokoh bersama setiap Anak Negeri di tujuh wilayah adat disetiap saat untuk memberi semangat perjuangan sambil meneteskan saljunya di setiap dada Anak Negeri dalam memberi kekuatan dalam proses perjuangan itu sendiri sebab itu pekerjaan istimewa setiap Anak Negeri di tujuh wilayah adat yang ada di Tanah Papua adalah Jaga Alam Papua, jangan kawinkan Alam Papua dengan orang-orang di seberang lautan yang lebih jauh dan terpisah dari Tanah Papua tetapi kawinkan Tanah Papua dengan Anak Negeri di tujuh wilayah adat itu sendiri, maka disisi lain iapun akan melahirkan lebih banyak dari yang sekarang kepada setiap Anak Negeri di tujuh wilayah adat itu sendiri sebab Tanah Papua adalah  Tanah leluhurnya (Orang Asli Papua), maka itu jangan jual Tanah Papua kepada para kapitalisme, imperialisme, militerisme dan Pendatang.

Kita menjual Tanah Papua sama artinya dengan kita menjual Anak cucu kita sendiri. Karena apabila kita menjual Tanah Papua saat ini kepada orang-orang transmigran, kapitalisme dan imperialisme maka generasi penerus dari tujuh wilayah adat di Tanah Papua hidupnya akan terdampar, terhancam hancur dan genoside diatas tanah leluhurnya (Tanah Papua) sama seperti kondisi sekarang yang sedang dialami oleh suku Aborigin (orang kulit hitam) di Australia yang mana sekarang  sudah mau hampir punah/genoside dari tanah leluhurnya karena dulunya merekapun menyerahkan tanah mereka kepada (orang kulit putih) maupun kepada para kapitalisme, imperialisme dan kepada orang-orang transmigran dari negara lain ke Australia sehingga dampaknya mereka sendiri menderita, hidupnya hancur dan terdampar sedikit lagi punah/genoside diatas Tanah leluhur orang kulit hitam di Australia karena orang-orang yang datang masuk ke Australia mereka membawa datang berbagai jenis penyakit yang cepat menyular oleh sebab itu Tanah/lahan  yang masih kosong di tujuh wilayah adat di Tanah Papua kita Orang Asli Papua jangan jual dan serahkn kepada para kapitalisme, imperialisme dan orang-orang transmigran tetapi kita harus bersahabat dengan tujuh wilayah adat itu demi keselamatan anak cucu kita di Tanah  Papua agar masa mendatang anak cucu kita juga bisa merasakan kehidupan dari Alam langsung seperti kehidupan dulu saat tete nene moyang dan para leluhur Tanah Papua yang kehidupannya sangat beradap dengan lingkungan sekitarnya di tujuh wilayah adat di Tanah Papua. Sebelum orang-orang kulit putih atau para perampas, pencuri sumber kehidupan masuk ke Tanah Papua.

Tanah Papua telah memberi Tanah yang sangat subur dan kaya, Ia memproduksi makanan yang segar dan sehat dan Ia melimpahkan untuk dinikmati oleh seluruh Anak Negeri Tanah Papua di tujuh wilayah adat termasuk keindahan alamnya sampai pada saat ini. Semua Tanah Papua itu ditaburkan untuk dilindungi, dirawat dan tentu untuk di konsumsi secukupnya oleh Anak Negeri di tujuh wilayah adat di Tanah Papua itu sendiri sehingga tak perluh jual tanah kepada orang-orang pendatang, imperialisme, kapitalisme dan para perampas kekayaan alam dan seisinyapun tidak perluh di eksport dan di inport ke wilayah lain yang keluar dari Tanah Papua cukup antar Anak Negeri dan masyarakat adat dalam Negerinya yaitu Tanah Papua. 

Tanah Papua saat ini apabila dipandang oleh Anak Negeri dari tujuh wilayah adat dari sebelah timur, barat, utara dan selatan itu ia selalu memberikan senyuman yang sangat menawan dan indah kepada setiap insan Anak Negeri sendiri maka itu kita sebagai Anak Negeri Tanah Papua kita juga harus perluh memberikan dan membalas senyuman Tanah Papua melalui pelestarian alam Papua.

Di sisi lain saat ini Tanah Papua sedang menegur kepada setiap Anak Negeri melalui hujan, kilat, guntur, gempah dan matahari untuk menggenggam, bersahabat dan memeluk ia secara rapat oleh setiap Anak Negeri yang ada di tujuh wilayat adat sebab dari kaum para perampas, para pendatang, para klonialisme dan imperialisme terus mencoba cabik, rusak menjadi Tanah yang tak bernilai dan tak sempurna.

Sekarang Tanah Papua dipadati orang-orang yang tak di kenal oleh Tanah Papua dan Orang Asli Papua yaitu mereka yang dari negeri mata biru, negeri kaum ala, negeri kapitalisme, negeri imperialime, negeri militerisme, negeri rambut lurus, negeri muka dua , pendatang dan negeri para perampas dengan niat dan tujuan utama mereka yaitu merampas, menindas, membunuh, meneror, menyiksa, mengejar-ngejar, memperkosa, menjajah, memenderitahkan Tanah Papua dan Anak Negeri pemilik Tanah Papua. Kita menjual dan memberikan tanah kepada mereka tetapi di balik itu mereka membunuh, menindas, menjajah kita secara tersistematis dan terstruktur seperti dulu Belanda pernah menjajah, merampas, menindas dan menyiksa terhadap negara indonesia selama 350 tahun sekarang praktek-praktek itu yang negara indonesia sedang menerapkan dan  mempraktekkan terhadap Tanah Papua dan kita Orang Asli Papua (OAP) jadi jangan jual tanah, jangan memberikan tanah yang ada dari Sorong sampai Merauke yang terdiri dari tujuh wilayah adat itu kepada orang-orang melayu, para pendatang, para klonialisme, para imperialisme karena di balik itu mereka punya niat jahat kepada kita Orang Asli Papua dan kitong pu Tanah Papua.

Tanah Papua sendiri sedang mengamatinya mereka datang hanya untuk merampas pohon-pohon yang daunnya hijau yang selalu membawa hawa di dalam kehidupan Anak Negeri di tujuh wilayah adat saja mereka tumbang dan tebang dengan sistem sapu dan liar untuk merusak Alam yang subur. Binatang-binatang kesayangan seperti kuskus pohon, kuskus tanah juga mereka memburuh dengan sistem liar. Burung-burung yang sangat dilarang untuk membunuh seperti burung nuri, cendrawasi, mambruk, dan kasuari oleh Anak Negeri sendiri di habisi dan dikonsumsi dengan brutal tanpa mengenal batas.

Di setiap saat Tanah Papua menyaksikan mereka yang datang dari negeri mata biru, negeri kaum ala, negeri kapitalisme, negeri imperialime, militerisme, negeri rambut lurus, negeri muka dua dan negeri para perampas itu datang dengan sikap yang buta, tuli dan tidak peduli dengan apa yang disampaikan oleh Anak Negeri di tujuh wilayah adat di Tanah Papua ini karena mereka tak peduli sama kami Orang Asli Papua tetapi mereka peduli itu Tanah Papua dan semua sumber daya alam yang diciptakan oleh-Nya diatas Tanah leluhur kita ini maka jangan jual Tanah Papua dan jangan kasih Tanah Papua kepada orang-orang negeri mata biru, negeri kaum ala, negeri kapitalisme, negeri imperialime, negeri militerisme, negeri rambut lurus, negeri muka dua dan negeri para perampas. Memelihara kehidupan serta kebebasan Anak cucu kita di masa mendatang dengan tidak menjual Tanah Papua pada saat ini.

Perintah dan teguran serta tangisan dari Tanah Papua itu sendiri kepada kita setiap Anak Negeri di tujuh wilayah adat ini sangat terdengar oleh sebab itu kita sebagai Anak Negeri Tanah Papua maka kita dituntut lakukan sesuatu untuk Tanah Papua sesuai kemampuan yang sudah anda dan saya miliki dalam itu tidak baku memaksa tetapi membangun kesadaran diri kita sendiri yang mana kita sebagai pemilik Tanah Papua untuk memiliki Tanah Papua yang sedang di rampas, di curi, dicabik-cabik habisan oleh orang-orang negeri di seberang lautan dan orang-orang tidak bertanggungjawab.

Tanah Papua adalah Mama yang selalu memberi semangat kehidupan dan semangat perjuangan demi untuk memiliki seutuhnya lagipula Tanah Papua milik Anak Negeri Papua dan Anak Negeri Papua milik Tanah Papua tanpa tak mengenal batas sampai pada akhirat.

Sikap iklas apa adanya dan penuh cinta kasih terhadap Tanah ini, kobarkan sikap perjuangan tegas menjadi diri sendiri yang iklas dan tak terdona dengan sistem orang-orang seberang lautan, kapitalisme, imperialisme dan militerisme, wartakan karya penyelamatan demi perjuangan untuk membela kebenaran dan keadilan di tengah rakyat di tujuh wilayah adat dan atas seluruh ciptaan-Nya, Nyalakan lilin dan pelita perjuangan kehidupan dari dalam Dimii (logika), Douu (melihat), Gaii (berpikir), Ekowaii (Bekerja) atas Iboo Makii (Tanah yang luas), Iboo Bagoo (puncak serta gunung-gunung yang luas), Iboo Buguwaa (Hutan yang luas), Iboo Pekuu (Danau yang luas) Kouu Idima Poyamee Yaa Ugayawita (semuanya Sang Khalik yang Ciptakan) untuk Orang Asli Papua (OAP).

“Pekerjaan kita selama tujuh hari ini adalah Istimewa, tetapi  yang paling Istimewa adalah menjaga dan melestarikan rumah kehidupan, alam kehidupan dan taman kehidupan kita sebab dari dalam rumah kehidupan, alam kehidupan dan taman kehidupan kita, kita akan bangkit dan  melangkah untuk memulai pekerjaan selama tujuh hari yang kita akan lalui, maka itu bersahabatlah dengan alam dan seisinya jagaa”.

Sang Khalik Lindungi Pejuang Hidup di Tanah ini  

Penulis: FX Amoye Douw 



4 komentar: